PENGETAHUAN
BAHAN PANGAN
PERIKANAN
(Udang)
Dewi
Agustiyani*
*Jurusan
Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung
INTISARI
Ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah
mengalami kerusakan. Berbagai jenis bakteri dapat menguraikan komponen gizi
ikan menjadi senyawa-senyawa berbau busuk dan anyir, seperti indol, skatol, H2S,
merkaptan, dan lain-lain. Beberapa bakteri patogen (penyebab penyakit), seperti
Salmonella, Vibrio, dan Clostridium, sering mencemari produk perikanan
Tujuan
percobaan pengamatan struktur fisik hasil perikanan adalah untuk mengetahui
struktur fisiknya dan untuk mengetahui cara penanganannya pada hasil perikanan.
Tujuan percobaan menghitung bagian yang dapat dimakan adalah untuk mengetahui
seberapa besar jumlah atau bagian yang dapat dimakan pada hasil-hasil perikanan
sehingga dapat diperkirakan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk produksi, untuk
menghitung jumlah bagian hasil perikanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan
untuk mengetahui perbandingan yang dapat dimakan. Tujuan percobaan pengamatan
kesegaran ikan adalah untuk mengetahui kesegaran ikan dengan memperhatikan
pembusukannya, dan untuk mengetahui dan menentukan kesegaran ikan dilihat dari
pengamat secara subjektif dan objektif, dan untuk mengatahui mutu dari ikan.
Prinsip percobaan pengamatan struktur
fisik hasil perikanan adalah berdasarkan bentuk, warna dan struktur bagian
dalam atau daging pada hasil-hasil perikanan, berdasarkan pengamatan terhadap
hasil perikanan dalam bentuk utuh dan setelah dilepas bagian sisik, kulit dan
bagian luar lainnya. Prinsip percobaan menghitung bagian yang dapat dimakan
adalah berdasarkan jumlah atau bagian yang dapat dimakan dinyatakan dalam
persen terhadap berat utuh, berdasarkan adanya pemisahan dari bagian yang dapat
dimakan dan bagian-bagian yang tidak dapat dimakan (sisik, cangkang, isi perut,
ekor, dan sirip, insang, kepala dan tulang) dan dinyatakan jumlahnya dalam
persen terhadap berat utuh. Prinsip pengamatan kesegaran ikan adalah
berdasarkan kadar glikogen yang ada pada ikan, dan berdasarkan pengamatan
subjektif terhadap warna, keadaan mata, kulit, tekstur, sisik, insang dan
aroma. Serta pengamatan secara objektif dengan uji Eber, uji H2S,
dan uji Postma.
Hasil
yang diperoleh dari percobaan ini adalah berat
udang adalah 13,8 gram, berat tanpa
cangkang adalah 7,9 gram,
bentuk panjang dan warna krem. Persen
berat udang yang
dapat dimakan adalah 57,25%. Udang yang dijadikan sampel pada uji Eber belum
mengalami pembusukan yang ditandai dengan tidak terbentuknya gas (NH3).
Pada uji Postma udang
negatif (-) mengalami pembusukan yang ditandai dengan tidak ada perubahan warna
kertas lakmus merah menjadi biru. Pada uji H2S udang negatif (-) mengalami pembusukan yang
ditandai dengan tidak terbentuknya warna
coklat pada kertas saring dan terbentknya H2S.
Kata Kunci : Udang
PENDAHULUAN
Ikan dapat digolongkan menjadi tiga bagian,
yaitu ikan air laut, air tawar, dan air payau atau tambak. Ikan yang hidup di
air tawar dan air laut sangat banyak, sehingga dibedakan menjadi golongan yang
dapat dikonsumsi dan ikan hias. Lingkungan hidup ikan air tawar adalah sungai,
danau, kolam, sawah, atau rawa. Jenis ikan air tawar yang umum dikonsumsi
adalah sidat, belut, gurame, lele, mas, nila merah, tawes, karper, nilem,
tambakan, sepat siam, mujair, gabus, toman, betok, jambal, dan jelawat.
Ikan mengandung
vitamin A lebih banyak dari pada ikan daging. Salmon dalam kaleng merupakan
sumber vitamin A yang baik. Kerang juga merupakan sumber vitamin, tiamin dan
riboflavin. Ikan bukanlah sumber vitamin C lemak salmon, kerang, dan srdin juga
merupakan sumber vitamin D.
Tubuh ikan tersusun
atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh, dan ekor. Tubuh ikan adalah
simetri dua berarti terdiri atas dua belahan yang sama, apabila tubuh dibelah
dua dari kepala ke ekor dengan arah punggung – perut, ikan digolongkan
vertebrata, hewan yang bertulang belakang.
Ikan mempunyai sirip yang berpasangan
adalah untuk bergerak maju mundur misalnya sirip dada, sirip perut. Sirip
tunggal adalah untuk keseimbangan misalnya sirip punggung dan sirip belakang,
sirip ekor.
Tujuan percobaan pengamatan struktur
fisik hasil perikanan adalah untuk mengetahui struktur fisiknya dan untuk
mengetahui cara penanganannya pada hasil perikanan.
Tujuan percobaan menghitung bagian yang
dapat dimakan adalah untuk mengetahui seberapa besar jumlah atau bagian yang
dapat dimakan pada hasil-hasil perikanan sehingga dapat diperkirakan jumlah
bahan yang dibutuhkan untuk produksi, untuk menghitung jumlah bagian hasil
perikanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan untuk mengetahui perbandingan
yang dapat dimakan.
Tujuan percobaan pengamatan kesegaran
ikan adalah untuk mengetahui kesegaran ikan dengan memperhatikan pembusukannya,
dan untuk mengatahui dan menentukan kesegaran ikan dilihat dari pengamat secara
subjektif dan objektif, dan untuk mengetahui mutu dari ikan.
Prinsip percobaan pengamatan
struktur fisik hasil perikanan adalah berdasarkan bentuk, warna dan struktur
bagian dalam atau daging pada hasil-hasil perikanan, berdasarkan pengamatan
terhadap hasil perikanan dalam bentuk utuh dan setelah dilepas bagian sisik,
kulit dan bagian luar lainnya.
Prinsip percobaan menghitung
bagian yang dapat dimakan adalah berdasarkan jumlah atau bagian yang dapat
dimakan dinyatakan dalam persen terhadap berat utuh, berdasarkan adanya
pemisahan dari bagian yang dapat dimakan dan bagian-bagian yang tidak dapat
dimakan (sisik, cangkang, isi perut, ekor, dan sirip, insang, kepala dan
tulang) dan dinyatakan jumlahnya dalam persen terhadap berat utuh.
Prinsip pengamatan kesegaran ikan
adalah berdasarkan kadar glikogen yang ada pada ikan, dan berdasarkan
pengamatan subjektif terhadap warna, keadaan mata, kulit, tekstur, sisik,
insang dan aroma. Serta pengamatan secara objektif dengan uji Eber, uji H2S,
dan uji Postma.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan
Ikan adalah mahluk vertebrata (bertulang
lunak) yang hidup di air. Sekarang ini diperkirakn ada sekitar 30.000 spesies
ikan. Mayoritas hidup di laut, dan sebagian lainnya hidup di air tawar seperti
danau, sungai, atau kolam.
Ikan dibanding daging sapi, kambing, atau
daging hewan lainnya, ikan punya banyak keunggulan atau kelebihan. Dagingnya
lebih empuk dan gampang dimasak. Karena jaringan penghubung antara otot pada
ikan hanya ada 3%. Serabut ototnya pun lebih pendek, sehingga lebih mudah
dikunyah dibading daging sapi, kambing atau lainnya. Jumlah lemak pada ikan
tidak sebanyak lemak daging (Sawirti, 2009).
Ikan merupakan salah satu produk makanan yang
tergolong cepat rusak, tingginya nilai protein menyebabkan ikan dapat
menimbulkan bau busuk yang menyengat jika rusak. Dari aroma inilah kita dapat
mnegetahui apakah ikan tersebut masih segar atau telah rusak. Ada beberapa ciri lain selain aroma yang
dapat digunakan sebagai patokan untuk memilih ikan yang segar
(Anonim, 2008).
Ciri-ciri
ikan segar adalah sebagai berikut
:
1. Warna kulit terang dan cerah
2. Daging ikan bila ditekan terasa keras
3. Mata jernih menonjol dan cembung
4. Sisik ikan segar masih kuat melekat kuat dan
mengkilat, sisik masih utuh tidak banyak yang lepas.
5. Insang berwarna merah
6. Sirip kuat
7. Kulit dan daging ikan tidak mudah robek, terutama pada
bagian perut tidak berbau busuk (Anonim, 2008).
Tanda
ikan yang sudah busuk:
1. Mata suram dan tenggelam
2. Sisik suram dan mudah lepas
3. Warna kulit suram dengan lendir tebal
4. Insang berwarna kelabu dengan lendir tebal
5. Dinding perut lembek
6. Warna keseluruhan suram dan berbau busuk (Anonim,
2008).
Udang
Udang diklasifikasikan ke
dalam fhilum Arthropoda, kelas Crustaceae, dan bangsa Decapoda. Badan udang dibagi menjadi
dua: chepalotorax yaitu gabungan
antara kepala, dada, dan perut, bagian yang kedua yaitu ekor. Bagian kepala
beratnya kurang lebih 36-41 % dan daging 24-41 % serta kulit 17-23 % dari total
berat badan (Aristyo, 2008).
(Gambar 1. Udang)
Udang merupakan salah
satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma yang spesifik dan memiliki
nilai gizi tinggi. Udang segar adalah udang yang baru ditangkap . Ciri-ciri
udang segar adalah rupa dan warna bening , sfesifikasi jenis, cemerlang,
sambungan antar ruas kokoh, kulit melekat kuat pada daging. Bau segar spesifik
menurut jenisnya. Bentuk daging kompak, elastis, dan rasanya manis. Udang yang
rusak atau busuk ditandai dengan : rupa dan warna kemerahan dan kusam,
sambungan antar ruas longgar, sudah mulai ditandai bercak-bercak hitam. Bau
tidak segar, bau busuk (Aristyo, 2008).
Proses penurunan mutu
udang disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari badan udang itu sendiri
dan faktor lingkungan. Penurunan mutu udang terjadi secara autolisis,
bakteriologis, dan oksidasi (Aristyo, 2008).
Prinsip yang dianut dalam
penanganan udang adalah mempertahankan kesegaran udang selama mungkin dengan
cara memperlakukan udang dengan cermat dan hati-hati; segera dan cepat
mendinginkan udang sampai mencapai suhu 0 º C; memperlakukan udang secara
bersih; serta selalu memperhatikan factor waktu dan kecepatan bekerja selama
rantai penanganan dingin. Pada prinsipnya udang hasil tangkapan harus
dilindungi dari panas, aksi pembusukan, dan pencemaran. Selama rantai
penanganan udang harus dilindungi dari perembesan oleh panas ke dalam wadah
atau peti.Adapun contoh penanganan yang kurang baik dan dapat menurunkan mutu udang
adalah penyusunan udang yang terlalu rapat, tumpukan udang yang terlalu tinggi,
dan udang tidak ditutup oleh es (Aristyo, 2008).
Sebagai patokan pemberian
es pada udang adalah : segera setelah udang ditangkap diberi es yang cukup
banyak. Banyaknya es yang diberikan tergantung kepada lamanya penyimpanan,
tetapi pada umumnya perbandingan antara udang dengan es adalah 1: 1. Suhu udara
senantiasa 0 º C selama perjalanan pulang dari penangkapan dan dibongkar di
darat. Masih tersisa es di sekitar udang pada saat dibongkar untuk dinaikan ke
darat (Aristyo, 2008).
Pada prinsipnya pembekuan
udang merupakan salah satu cara memperlambat terjadinya proses penurunan mutu –
baik secara autolisis, bakteriologis, dan oksidasi-dengan suhu dingin. Walau
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme seta menghambat reaksi kimia dan
aktivitas enzim , pembekuan bukanlah cara untuk mensterilkan udang. Oleh karena
itu setelah udang dibekukan dan disimpan dalam cold storage, tidak akan lepas
begitu saja dari proses penurunan mutu. Proses penurunan udang disebabkan
beberapa hal, yaitu : autolisis, denaturasi protein, bakteriologis, oksidasi,
dan dehidrasi (Aristyo, 2008).
METODOLOGI PERCOBAAN
Bahan yang digunakan
dalam percobaan pengetahuan bahan pangan perikanan adalah udang, air, reagen
eber, MgO, dan Pb Asetat.
Alat yang digunakan dalam
percobaan pengetahuan bahan panagan perikanan adalah timbangan, pisau, gelas
ukur, labu erlemeyer, gelas kimia, bunsen, kaki tiga, kawat kasa, cawan petri,
lumpang, alu, corong, tabung reaksi, lakmus merah, dan kertas saring.
Prosedur dan diagram alir percobaan dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini.
Diagram Alir Pengamatan Struktur Fisik Ikan
(Gambar 2. Metode Percobaan Pengamtan Struktur Fisik
Ikan)
Diagram Alir Percobaan Bagian yang dapat Dimakan
(Gambar 3. Metode Percobaan Bagian yang dapat Dimakan)
Prosedur Percobaan Pengamatan Kesegaran Ikan secara
Subjektif
(Gambar 4. Metode Percobaan Pengamtan Kesegaran Ikan
secara Subjektif)
Prosedur Percobaan Pengamatan Kesegaran Ikan secara
Objektif
1. Uji Eber
(Gambar 5. Metode Percobaan Uji Eber)
2. Uji Postma
(Gambar 6. Metode Percobaan
Uji Postma)
3. Uji H2S
(Gambar 7. Metode Percobaan
Uji H2S)
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Percobaan Pengetahuan
Bahan Pangan Perikanan
Percobaan
|
Sampel
|
Pengamtan
|
Hasil
|
Struktur Fisik
|
Udang
|
Bentuk
|
Melengkung
|
Warna
|
Krem
|
||
Tekstur daging
|
Kenyal
|
||
Berat utuh
|
13,8 gram
|
||
Berat daging
|
7,9 gram
|
||
% daging keseluruhan
|
57,25%
|
||
Edible
Portion
|
Udang
|
% Bagian yang dapat dimakan
|
57,25%
|
Pengamatan Kesegaran secara Subjektif
|
Udang
|
Warna
|
Krem
|
Keadaan mata
|
Warna mata hitam
|
||
Kulit
|
Keras
|
||
Tekstur daging
|
Kenyal
|
||
Aroma
|
Bau khas udang
|
||
Mutu
|
Baik
|
||
Pengamtan Kesegaran secara Objektif
|
Udang
|
Uji Eber
|
(-) gas NH3,
tidak busuk
|
Uji Postma
|
(-) gas NH3,
tidak busuk
|
||
Uji H2S
|
(-) gas H2S,
tidak busuk
|
Berdasarkan hasil percobaan pengamatan struktur fisik
udang didapat hasil bahwa udang memiliki bentuk melengkung, warna krem, tekstur
daging kenyal berat utuh 13,8 gram dan berat daging tanpa kepala dan kulit 7,9
gram.
Badan udang dibagi
menjadi dua: chepalotorax yaitu
gabungan antara kepala, dada, dan perut, bagian yang kedua yaitu ekor. Bagian
kepala beratnya kurang lebih 36-41 % dan daging
24-41 % serta kulit 17-23 % dari total berat badan (Aristyo, 2008).
Warna udang berbeda
setiap varietasnya ada yang berwarna hitam, putih, belang, krem, tetapi setelah
dilakukan pemanasan baik digoreng atau direbus udang akan berubah menjadi warna
merah.
Berdasarkan hasil
percobaan edible portion pada udang
didapat hasil bahwa bagian yang dapat dimakan adalah 57,25%.
Edible portion merupakan persen bagian yang dapat dimakan dimana
berat daging yang dapat diamkan debandingkan dengan berat utuh dikali seratus
persen. Edible portion dapat
digunakan untuk menentukan proses pengolahan selanjutnya yang dilihat dari
penggunaan dagingnya, contohnya baso udang, kerupuk udang dan klain-lain.
Berdasarkan hasil
percobaan pengamtan kesegaran secara subjektif pada udang didapat hasil bahwa
udang memiliki mutu baik dilihat dari
tekstur daging yang kenyal, warna kulit krem dan cerah, aroma tidak busuk
walaupun pada bagian mata mengalami ciri pembusukan yaitu berwarna hitam.
Dilihat dari percobaan, udang ini masih layak dikonsumsi. Tetapi udang ini
sudah tidak sesegar seperti yang baru
ditangkap.
Ciri-ciri udang segar
adalah rupa dan warna bening , sfesifikasi jenis, cemerlang, sambungan antar
ruas kokoh, kulit melekat kuat pada daging. Bau segar spesifik menurut
jenisnya. Bentuk daging kompak, elastis, dan rasanya manis. Udang yang rusak
atau busuk ditandai dengan : rupa dan warna kemerahan dan kusam, sambungan
antar ruas longgar, sudah mulai ditandai bercak-bercak hitam. Bau tidak segar,
bau busuk (Arystio, 2008).
Berdasrkan hasil
percobaan pengamatan kesegaran secara objektif pada udang didapat hasil bahwa
udang memiliki mutu baik dimana pada setiap pengujian hasilnya negatif terjadi
pembusukan. Dilihat dari pengujian ini udang ini masih layak dikonsumsi karena
belum mengalami pembusukan.
Proses penurunan mutu
udang disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari badan udang itu sendiri
dan faktor lingkungan. Penurunan mutu udang terjadi secara autolisis,
bakteriologis, dan oksidasi (Aristyo, 2008).
Autolisis
adalah proses penguraian organ-organ tubuh ikan oleh enzim-enzim yang terdapat
dalam tubuh ikan sendiri. Proses ini biasanya terjadi setelah ikan yang mati
melewati proses rigor mortis, (Afrianto, 1998).
Ikan merupakan hewan yang mudah rusak. Kerusakan
terjadi setelah hewan mati. Kerusakan ini akibat dari sederetan perubahan yang
kompleks dalam ikan mati yang disebabkan oleh aktivitas enzimatis dan
bakteriologi. Perubahan-perubahan setelah ikan mati dapat dibedakan menjadi
tiga fase yaitu: pre rigor mortis, fase rigor mortis, dan pasca rigor mortis. Proses pembusukan
ini ditunjang oleh faktor pH pada ikan adalah tinggi yaitu 6,4-6,6 yang baik
sekali sebagai perkembanngan bakteri (Afrianto, 1998).
Setelah ikan mati, tidak terjadi aliran oksigen di
dalam jaringan peredaran darah karena aktivitas jantung dan kontrol otaknya
telah berhenti. Akibatnya di dalam tubuh ikan mati tidak terjadi glikogenolisis
yang dapat menghasilkan ATP. Terhentinya aliran oksigen ke dalam jaringan
peredaran darah menyebabkan terjadinya reaksi anaerob yang tidak diharapkan
karena sering mengakibatkan kerugian
(Afrianto, 1998).
Reaksi anaerob akan memanfaatkan ATP dan glikogen yang
telah terbentuk selama ikan masih hidup, sebagai sumber energi, sehingga jumlah
ATP terus berkurang. Akibatnya, pH tubuh menurun dan jaringan oto tidak mampu
mempertahankan fleksibilitasnya (kekenyalannya). Kondisi inilah yang dikenal
dengan istilah rigor mortis (Afrianto, 1998).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil percobaan pengamatan struktur fisik
udang didapat hasil bahwa udang memiliki bentuk melengkung, warna krem, tekstur
daging kenyal berat utuh 13,8 gram dan berat daging tanpa kepala dan kulit 7,9
gram. Berdasarkan
hasil percobaan edible portion pada
udang didapat hasil bahwa bagian yang dapat dimakan adalah 57,25%.
Berdasarkan hasil
percobaan pengamtan kesegaran secara subjektif pada udang didapat hasil bahwa
udang memiliki mutu baik dilihat dari
tekstur daging yang kenyal, warna kulit krem dan cerah, aroma tidak busuk
walaupun pada bagian mata mengalami ciri pembusukan yaitu berwarna hitam.
Sedangakn berdasrkan hasil percobaan pengamatan kesegaran secara objektif pada
udang didapat hasil bahwa udang memiliki mutu baik dimana pada setiap pengujian
hasilnya negatif terjadi pembusukan.
Saran yang ingin disampaikan adalah pada saat percobaan pengamtan kesegaran mutu ikan
secara objektif harus teliti dan mengikuti prosedur sehingga hasilnya sesuai
yang diinginkan. Selain itu pengujian tersebut dibandingkan dengan pengamatan
kesegaran secara subjektif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2008), Cara
Memilih Ikan Segar, melalui http://tekhnologi-hasil-pertanian.blogspot.com/2008/05/cara-memilih-ikan-segar.html,
accessed 06/12/2009.
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty, (1998), Pengawetan dan Pengolahan Ikan,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta .
Aristyo, (2008), Pembukuan Udang, melalui http://one.indoskripsi.com/node/4662/click, accessed 06/12/2009.
Sawitri, Boedi, (2009), Daging Ikan Dapat Mencegah Penyakit, diambil dari http://ikm.depperin.go.id/ PublikasiPromosi/KumpulanArtikel/tabid/67/articleType/NewsListing/Default.aspx, accessed 06/12/2009.
LAMPIRAN
Edible Portion
Sampe : Udang
Dik : Berat utuh = 13,8 gram
Berat udang
yang dapat dimakan = 7,9 gram
lengkap banget infonya kak
BalasHapuswww.alfamart co.id
Salam dari alumni angkatan 2001 Fakultas Teknik Teknologi Pangan UNPAS Bdg, (FoodTech'01), waduh PBP jadi inget Pa Nana
BalasHapus