I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, tujuan
percobaan, prinsip percobaan, dan aplikasi dalam bidang pangan.
1.1. Latar Belakang
Panel diperlukan untuk melaksanakan suatu penilaian
organoleptik. Dalam penilaian mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu
komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Alat ini terdiri dari
orang atau kelompok orang yang disebut panel yang bertugas menilai sifat atau
mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis. Jadi, penilaian makanan secara panel berdasarkan kesan subjektif dari
para panelis dengan prosedur sensorik tertentu yang harus dituruti (Soekarto,
1985).
Salah satu kelemahan penggunaan
seorang panel dalam suatu industri adalah kemampuannya dapat menurun dalam
kondisi-kondisi tertentu yang dapat mengganggu konsentrasi dalam penilaian. Hal
ini akan berakibat timbulnya bias. Untuk menghindari ketergantungan pada
seorang panel ahli, maka beberapa perusahaan menggunakan beberapa penilai yang
mempunyai sensitivitas tinggi dan sudah banyak pengalaman pada jenis produknya
(Kartika, dkk., 1988).
Kepekaan panca indera dapat menurun
karena rangsangan yang terus menerus atau rangsangan yang terlalu tajam. Pada
hari pengujian organoleptik hendaknya panelis mengurangi makanan yang terlalu
tajam dan bau yang tertinggal di mulut. Kepekaan panelis dapat mengalami perubahan sehari maupun dari hari ke hari.
Perubahan kepekaan dapat bersifat logik maupun psikologi. Lingkungan juga dapat
mempengaruhi kepekaan seorang panelis (Soekarto, 1985).
Uji range method merupakan salah satu cara pengujian yang dilakukan
untuk penyaringan panelis. Kemampuan panelis untuk memberikan penilaian yang
tepat akan terlihat pada pengujian ini, sehingga dapat diketahui panelis mana
yang siap pakai dan panelis mana yang perlu menjalani latihan secara kontinyu (Kartika, dkk., 1988).
Pengujian range method banyak
dipergunakan oleh industri pangan untuk menyeleksi panelis, dimana pada metode
ini setiap calon panelis diuji kemampuannya dalam memberikan penilaian pada
satu seri sampel yang bervariasi. Selain untuk seleksi calon panelis, pengujian range method di dalam industri pangan
digunakan untuk menguji mutu dari produk pangan yang dihasilkan (Kartika, dkk., 1988).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan uji range methode adalah untuk menguji kemampuan atau kepekaan panelis
dalam menilai bahan atau produk tertentu dan dapat digunakan untuk memilih atau
menyeleksi panelis.
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan uji range methode adalah berdasarkan sensitivitas yang dimiliki oleh
calon panelis dalam memberikan penilaian terhadap satu seri sampel dengan
konsentrasi yang berbeda-beda yang dilakukan secara tepat.
1.4. Aplikasi dalam Bidang Pangan
Uji range method
dalam industri pangan diguankan untuk menyeleksi panelis, pada pengujian ini
akan diketahui panelis mana yang terpilih, mana yang stabil, dan panelis mana
yang tidak terpilih. Selain itu uji range
method digunakan untuk menguji mutu dari produk pangan yang dihasilakan.
Cara pengujain ini dialkukan oleh para panelis yang terlatih sebagai instrument
dalam penialian.
II BAHAN, ALAT DAN METODE
PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai bahan-bahan percobaan,
alat-alat percobaan dan metode percobaan.
2.1. Bahan-bahan Percobaan
Bahan-bahan yang diguankan dalam percobaan ini adalah
sirup rasa vanilla yang disajikan dalam beberapa konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%,
4% dan 5%.
2.2. Alat-alat Percobaan
Alat-alat yang diguankan dalam percobaan ini adalah
sloki, sendok kecil, lap tangan, tisu, dan nampan.
2.3. Metode Percobaan
2.3.1. Deskripsi Percobaan
Sampel sirup
vanila disajikan dalam 20 sloki dengan beberapa konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%,
4% dan 5% dimana setiap konsentrasi masing-masing terdiri dari 4 sloki.
Kemudian dicicip dan diberi penilaian pada sampel sirup vanila yang telah
disediakan dengan ketentuan : (1)
sirup tidak manis, (2) sirup agak manis, (3) sirup manis sedang, (4) sirup
kurang manis, dan (5) sirup manis.
2.3.2. Analisis Perhitungan
Rumus range
method :
1. Jumlah =
Data 1 + Data 2 + … + Data n
2.
Simpangan = Nilai tiap konsentrasi – Data panelis
3. Range =
Data terbesar – Data terkecil
4. Range
jumlah = Jumlah terbesar – Jumlah terkecil
5. Jumlah
simpangan = Simpangan 1 + Simpangan 2 + … + Simpangan n
6. Jumlah
range = Range 1 + Range 2 + … + Range n
7. Ratio = Range jumlah / jumlag range
Ketentuan :
Ratio ≥ 1 → panelis terpilih
Ratio < 1 → panelis tidak terpilih
∑ Simpangan terkecil → panelis stabil (tidak perlu
dilatih) yaitu ≤ 6
III HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai hasil pengamatan dan
pembahasan uji range methode dari
sirup vanilla
3.1. Hasil Pengamatan dan
Pembahasan Uji Range Methode dari
Sirup Vanilla
Table
1. Hasil Pengamatan Uji Range Methode
dari Sirup Vanilla
No.
|
Jenis
Panelis
|
No.
Meja
|
Ratio
|
∑
Simpangan
|
1
|
Panelis Terpilih
|
1
|
8
|
4
|
2
|
8
|
2
|
||
3
|
7,5
|
2
|
||
4
|
1,6
|
8
|
||
5
|
2
|
8
|
||
7
|
~
|
0
|
||
8
|
2,1
|
10
|
||
9
|
1,2
|
14
|
||
10
|
7,5
|
2
|
||
11
|
~
|
0
|
||
12
|
~
|
0
|
||
13
|
2,5
|
9
|
||
14
|
2,1
|
10
|
||
15
|
2
|
7
|
||
2
|
Panelis Tidak Terpilih
|
6
|
0,83
|
20
|
3
|
Panelis Stabil
|
1
|
8
|
4
|
2
|
8
|
2
|
||
3
|
7,5
|
2
|
||
7
|
~
|
0
|
||
10
|
7,5
|
2
|
||
11
|
~
|
0
|
||
12
|
~
|
0
|
(Sumber: Kelompok
III, 2010).
Berdasarkan pengujian range methode dapat disimpulkan bahwa ke 14 panelis dari 15
panelius yang ada merupakan panelis terlatih yang mempunyai sensitivitas tinggi
dengan ratio ≥ 1, sedangkan 1 panelis merupakan panelis tidak terpilih yaitu
panelis pada meja 6. 7 panelis dari 14 panelis terpilih merupakan panelis
stabil yang tidak perlu dilatih lagi dengan jumlah simpangan terkecil yaitu ≤
6, yaitu pada meja 1,2,3,7,10,11, dan 12.
7 panelis dari 14 panelis terpilih merupakan panelis
stabil sehingga tidak perlu dilatih lagi, sedangkan untuk panelis terpilih karena tingkat sensitivitasnya belum cukup baik
sehingga masih harus dilakukan pelatihan untuk meningkatkan tingkat
sensitivitas.
Pengujian range method yang
dilakukan ini seringkali digunakan untuk seleksi panelis. Pada pengujian ini,
setiap calon panelis diuji kemampuannya dalam memberikan penilaian pada satu
seri sampel yang bervariasi konsentrasinya. Kemampuan memberikan penilaian secara
tepat akan terlihat pada pengujian ini, sehingga dapat diketahui panelis mana
yang termasuk pada panelis terpilih, panelis tidak terpilih dan panelis stabil
(Kartika, dkk., 1988).
Sirup (dari Bahasa Arab
شراب sharab, minuman) adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi, namun
hampir tidak memiliki kecenderungan untuk mengendapkan kristal. Viskositas
(kekentalan) sirup disebabkan oleh banyaknya ikatan
hidrogen antara gugus hidroksil
(OH) pada molekul
gula terlarut dengan molekul air yang melarutkannya. Secara teknik maupun dalam
dunia ilmiah,
istilah sirup juga sering digunakan untuk menyebut cairan kental,
umumnya residu, yang mengandung zat
terlarut selain gula. Untuk meningkatkan kadar gula terlarut, biasanya
sirup dipanaskan. Larutan sirup menjadi super-jenuh (Anonim, 2010).
Sirup vanilla dibuat dari gula, air dan essence rasa
vanilli. Gula yang menyebabkan sirup terasa manis dan aroma vanilla didapat
dari essence rasa vanilli sehingga aroma vanilla begitu terasa pada sirup. Vanili (Vanilla planifolia) adalah tanaman penghasil bubuk vanili
yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang
berbentuk polong. Ekstrak vanili
diproduksi menggunakan buah vanili kering karena buah vanili segar tidak
memiliki aroma (Anonim, 2010).
Vanila mengandung senyawa kimia vanilin
(4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida), yang memberi aroma khas pada vanila.
Terdapat pula kandungan kecil minyak atsiri, yaitu piperonal. Vanilin
diekstraksi pertama kali dari tanaman vanila oleh Gobley pada tahun 1858.
Vanilin juga dapat diperoleh dari glikosida yang berasal dari getah tanaman
pinus pada tahun 1874, sehingga menyebabkan kemunduran sesaat pada di bidang
industri vanila alami
(Anonim, 2010).
(Anonim, 2010).
Esens vanila tersedia dalam 2 bentuk, yaitu ekstrak asli
polong vanila yang tersusun dari ribuan senyawa kimia berbeda, serta esens sintetis
yang terbuat dari larutan vanilin buatan dalam etanol (Anonim, 2010).
Vanila diperdagangkan dalam 3 macam bentuk, yaitu polong
vanila utuh, serbuk (polong vanila yang ditumbuk, kemudian dicampur gula atau
tepung), dan bentuk ekstrak (dalam larutan alkohol). Aroma vanila diperoleh
dengan cara menambahkan ekstrak vanila ke dalam adonan makanan atau dengan cara
merebus polong vanila. Vanila digunakan secara luas untuk memberi aroma pada
berbagai jenis makanan dan minuman (Anonim, 2010).
Rasa manis biasanya berasal dari zat non ionik, seperti
gula, aldehida, ikatan nitro, beberapa khlorida alifatis (misalnya khloroform),
sulfida, benzoik (saccharine). Zat – zat ionik yang mempunyai rasa manis sangat
terbatas, misalnya pada garam timbel (Pb) dan garam berilium (Be meskipun
zat-zat tersebut menimbulkan rasa manis, tidak semuanya digunakan sebagai bahan
pemanis makanan. Ada
dua golongan bahan pemanis makanan (sweeteners),
yaitu golongan pemanis bergizi dan golongan pemanis tidak bergizi. Golongan
pertama disebut golongan gula sedangkan golongan kedua termasuk : antara lain sakharin dan cyclamat. Rasa manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa),
dengan nilai 100. Tingkat kemanisan zat-zat lain diukur berdasarkan rasa manis
gula pasir (Soekarto, 1985).
Indera pencicip berfungsi untuk mrnilai
cicip (taste) dari suatu makanan. Di permukaan rongga mulut terdapat
lapisan yang selalu bahsah yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka ini
mengumpul membentuk susunan yang disebut putting pencicip. Masing-masing putting
pencicip biasanya hanya peka terhadao rasa tertentu, tetapi kadang-kadang juga
responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Putting pencicip manusia hanya
dapat membedakan empat cicip dasar yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Diluar
keempat cicip dasar itu puting pencicip tidak terangsang atau responsive.
Tetapi beberapa peneliti menganggap rasa metalik dan rasa gurih juga hasil
penginderaan putting pencicip (Anonim, 2009).
Putting pencicip peka terhadap zat kimia
yang menghasilkan rangsangan. Kepekaan berturut-turut adalah pahit, asam, asin
dan manis. Kepekaan indera dipengaruhi banyak factor, misalnya pencicipan
paling peka pada pagi hari (pukul 9 – 10). Hubungan yang terpenting dengan
pengecap adalah kecenderungan indera rasa pengecap untuk melayani sensasi
utama tertentu yang terletak di daerah khusus. Rasa manis dan asin
terutama terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian
samping lidah, dan rasa pahit pada bagian posterior lidah dan palatum molle
(Anonim, 2010).
Pada saat melakukan pengamatan ada beberapa kesalahan
yang dipenagruhi oleg beberapa factor diantaranya:
1)
Adanya informasi yang diterima
panelis sebelum pengujian, hal ini disebabkan panelis mengetahui apa yang
diharapkan oleh pemberi intruksi, kesalahan ini disebut expectation error.
2)
Adanya kesalah yang terjadi
karena ketidak seragaman sampel dalam tingkat kemanisan, atau disebut pula
dengan stimulus error.
3)
Adanya perintah yang kurang
jelas dari penguji.
4)
Sugesti, dapat berupa hasil
penilaian panelis dapat terpengaruhi oleh panelis lain.
Selain hal diatas apabila dilihat dari data hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa hasil pengujian sampel oleh para panelis
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal itu dapat disebabkan karena
tingkat kepekaan dari masing-masing panelis itu berbeda-beda, sehingga hasilnya
terdapat tingkat sensitivitas yang berbeda-beda pula. Hal itu dapat disebabkan
pengaruh faktor fisiologik dan faktor
psikologik (Soekarto, 1985).
Salah satu faktor
fisiologik yang mempengaruhi kepekaan penelis yaitu kondisi kenyang atau lapar.
Terlalu kenyang mengurangi kepekaan, sebaliknya terlalu lapar dapat menyebabkan
memberikan penilaian yang berlebihan. Merokok juga mempengaruhi kepekaan
panelis. Selain itu orang yang sedang sakit juga terpengaruh kegiatan
fisiologiknya karena itu juga berkurang kepekaannya. Fungsi fisiologik juga
mengalami fluktuasi dalam sehari. Waktu terlalu pagi kurang responsif untuk
penilaian rasa (Soekarto, 1985).
Kepekaan panca
indera dapat menurun karena rangsangan yang terus menerus atau rangsangan
terlalu tajam. Pada hari pengujian organoleptik hendaknya panelis mengurangi
makanan yang terlalu merangsang, terlalu pedas, bumbu-bumbu terlalu
tajam dan bau
yang tertinggal di
mulut. Orang yang
sedang kena pengaruh obat
atau minuman keras juga berkurang kepekaannya (Soekarto, 1985).
Pengaruh
psikologik yang dapat mengganggu kepekaan seorang panelis yaitu yang dapat
mempengaruhi konsentrasi atau yang membuat orang tidak dapat santai. Hal-hal
ini meliputi keadaan tertekan, frustasi, terlalu sedih, gembira yang
melonjak-lonjak, terburu-buru, dan tekanan jiwa (stress) (Soekarto, 1985).
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dan saran.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian range methode dapat disimpulkan bahwa ke 14 panelis dari 15
panelius yang ada merupakan panelis terlatih yang mempunyai sensitivitas tinggi
dengan ratio ≥ 1, sedangkan 1 panelis merupakan panelis tidak terpilih yaitu
panelis pada meja 6. 7 panelis dari 14 panelis terpilih merupakan panelis
stabil yang tidak perlu dilatih lagi dengan jumlah simpangan terkecil yaitu ≤
6, yaitu pada meja 1,2,3,7,10,11, dan 12.
4.2. Saran
Saat melakukan percobaan ini sebaiknya
praktikan menghindari hal-hal
seperti tidak diperbolehkan memakan makanan apapun satu jam sebelum melakukan
pengujian, tidak boleh merokok sekurang-kurangnya dua jam sebelum pengujian dilakukan, pada saat
pengujian panelis tidak boleh menggunakan wangi-wangian, pada saat pengujian
panelis disarankan berkumur dengan air tawar sebelum memulai pengujian, serta
hendaknya panelis berkonsentrasi saat melakukan pengujian. Jika salah satu dari ketentuan tersebut diacuhkan maka kemungkinan
besar pengujian akan berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat menyebabkan
banyak kesalahan.
Selain itu, penguji harus memberikan intruksi yang
jelas, saat pengujian panelis ditempatkan agak berjauhan dengan panelis lain
sehingga tidak terjadi diskusi antar panelis, serta alat dan bahan harus
seragam sehingga tidak terjadi stimulus
error dan logical error pada saat
pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2010), Sirup, melalui http://www.wikipwdia.org/wiki/sirup,
akses: 23/03/2010.
Anonim, (2010), Vanili, melalui http://www.wikipwdia.org/wiki/vanili,
akses: 26/03/2010.
Anonim, (2010), Manfaat Vanila Sebagai Tanaman Obat,
melalui http://www.apoteker.info/Pojok%20Herbal/vanila.htm, akses:
26/03/2010.
Anonim, (2009), Uji Ambang Batas (Threshold Test), melalui http://natyalaksmiputri.wordpress.com/2009/06/21/laporan-praktikum-evaluasi-sensori-uji-ambang-batas-threshold-test/,
akses: 23/03/2010.
Kartika, B., Pudji, H. dan Wahyu, S., (1987), Pedoman
Uji Inderawi Bahan Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Yogyakarta.
Soekarto, S. T., (1985), Penilaian Organoleptik,
Bharata Karya Aksara, Jakarta.
lengkap sekali kak infonya
BalasHapusalfamart login