Jumat, 13 September 2013

Teknologi Pengolahan Pangan [ Mikrokristal Nenas]


I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan, dan  (3) Prinsip Percobaan.
1.1. Latar Belakang
Nanas (biasa juga disebut bromeliad) memiliki lebih dari 2.400 kerabat yang sebagian besar berpenampilan cantik. Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith. Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nenas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/ Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang dan Palembang
(Anonim, 2009).
Nanas merupakan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin dan berfungsi sebagai tanaman obat. Mulai dari vitamin A, vitamin C, kalsium, magnesium, natrium, kalium, fosfor, dekstrosa, sukrosa dan enzim bromelain. Enzim bromelain dalam nanas berkhasiat untuk antiradang, membantu pencernaan di lambung, menghambat pertumbuhan sel kanker dan mencegah penggumpalan darah (Anonim, 2009).
Kandungan serat dalam nanas terbilang tinggi dan cocok sebagai obat untuk sembelit sehingga nanas dapat menjadi obat pencahar bagi mereka yang sulit buang air besar. Nanas juga baik dikonsumsi saat sedang sakit karena dalam nanas terkandung zat-zat yang dapat membantu menyerap obat ke dalam tubuh. Nanas juga dapat mengangkat sel kulit mati. Salah satu contohnya adalah enzim dalam daun dan buah nanas dapat mengangkat jaringan kulit yang mati akibat luka bakar. Caranya adalah dengan menumbuk beberapa helai daun nanas yang telah dicuci bersih, kemudian dibalurkan pada bagian kulit yang iritasi karena gatal, bisul, atau luka bakar. Radang tenggorokan, perut kembung, radang kulit hingga memar dapat dibantu penyembuhannya dengan buah nanas (Anonim, 2009).
Serat merupakan salah satu unsur penting dalam makanan yang dibutuhkan manusia. Tanpa serat, orang akan kesulitan buang air besar. Tak heran jika saat ini banyak produk makanan atau minuman berserat dalam bentuk berkembang, sejak satu dasawarsa lalu serbuk instant beredar di pasaran.
Pembuatan makanan atau minuman serbuk instant tersebut memanfaatkan teknologi mikro enkapsulasi yang sudah ada. Melalui teknologi ini, buah-buahan bisa dijadikan serbuk lengkap dengan kandungan seratnya.
Keuntungan teknologi mikro enkapsulasi lainnya adalah memudahkan orang mengkonsumsi serat buah-buahan. Serbuk instant berbeda dengan sirup. Kalau minum sirup jeruk, hanya terasa jeruknya , tapi tidak ada kandungan seratnya.
Teknologi mikrokristal tidak seperti yang dibayangkan orang. Teknologi ini bisa diterapkan ke hampir semua jenis buah-buahan. Misalnya, strawberry, sirsak, tomat, siuh (konyal) garut, jeruk, bahkan jahe. Sirup bila menjelang kadaluarsa juga bisa dijadikan serbuk instant.
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan mikrokristal buah  ini adalah untuk mengolah dan mengawetkan komoditas buah sesuai dengan kebutuhan agar buah-buahan tiap saat selalu terjamin dalam berbagai pilihan baik segar, utuh, maupun telah diolah.

Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan percobaan ini  adalah berdasarkan pengaturan pH dan pengikatan  bubur buah oleh larutan gula lewat jenuh sehingga didapatkan mikrokristal.


II BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN
Bab ini akan membahas mengenai: (1) Bahan-bahan yang Digunakan,
(2) Alat-alat yang Digunakan dan (3) Metode Percobaan.
2.1. Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain nanas, gula pasir, dan natrium bikarbonat.
2.2. Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kompor, timbangan, pisau, piring, sendok, plastik sampel, wajan, serok, plastik, ayakan dan blender.
2.3. Metode Percobaan
2.3.1. Deskripsi Percobaan
1. Buah nenas disortasi sehingga didapatkn buah nanas yang bagus.
 Setelah buah disortasi kemudian ditrimming untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel dan kulitnya.
3. Setelah nanas dikupas kemudian dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada buah.
. Setalah buah nanas bersih kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender untuk mendapatkan sari buah nanas.



5. Nanas yang telah menjadi sari buah kemudian diukur volumenya untuk mendapatkan volume nanas yang diinginkan
6. Setelah sari buah nanas diukur volumenya, kemudian dilakukan pengukuran pH, bila pH-nya masih asam ditambahkan dengan natrium bikarbonat agar nilai H-nya netral.
7. Setelah pH-nya netral kemudian sari buah dipanaskan dan ditambahkan bahan penyalut yaitu gula pasir sampai lewat jenuh. Persentasi bahan penyalut dengan sari buah adalah 50% dan 50%.
8. Setelah dipanaskan sari buah yang ditambahkan gula akan membentuk serbuk. Serbuk yang dihasilkan diseragamkan ukurannya dengan cara ditumbuk atau diblander. Setelah diblander kemudian serbuk diayak agar mendapatkan bentuk yang seragam.
9. Setelah didapat mikrokristal kemudian ditimbang dan diamati sifat organoleptiknya.

2.3.2. Diagram Alir

Gambar . Diagram Alir Pembutan Mikrokristal Nanas


III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahasa mengenai: (1) Hasil Pengamtan dan
(2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamtan Pembuatn Mikrokristal Nanas
No.
Analisa
Hasil
1.
Nama Produk
Mikrokristal nanas
2.
Basis
200 gram
3.
Bahan Utama
Nanas
4.
Bahan Tambahan
Sukrosa, asam sitrat
5.
Berat Produk
99 gram
6.
Persen Produk
49,5%
7.
Organoleptik
7.1. Rasa
7.2. Warna
7.3. Tekstur
7.4. Aroma
7.5.Penampakan

Asam khas nanas
Kuning muda
Halus
Khas nanas
Menarik
8.
Gambar Produk









Sumber: Kelompok III, Meja 3, (2010).
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan mikrokristal nanas dari berat basis 200 gram didapat produk sebanyak 99 gram dengan persen produk adalah 49,5%.
Mikrokristal nanas adalah serbuk nanas yang didapatkan dari pengaturan pH dan hasil pengikatan bubur nanas oleh sukrosa dengan rasa asam karena ditambahkan oleh asam sitrat dan rasa asam yang dikarenakan buah itu sendiri.
Karakteristik mikrokristal nanas adalah manis asam yang disebabkan karena penambahan sukrosa dan asam sitrat sebesar 1%. Sukrosa selain bersifat pemberi rasa manis juga merupakan pengawet karena kadar yang digunakan adalah lebih dari 45 %. Asam sitrat merupakan penambah rasa asam sehingga rasa mudah terasa oleh lidah secara cepat apalagi ketika dilarutkan dalam air.
Tabel 5. Standar Mutu Minuman Serbuk
Kriteria Uji
Satuan
Persyaratan
Keadaan :
  Warna
  Bau
  Rasa


Normal
Normal
Normal
Padatan terlarut
%, b/b
Min. 10,0/11,0
Gula (Sukrosa)
%, b/b
Maks. 5
Bahan tambahan makanan :
  Pengawet
 Pewarna tambahan


SNI 01-0222-1995
SNI 01-0222-1995
Cemaran logam :
  Timbal (Pb)
  Tembaga (Cu)
  Seng (Zn)
  Timah (Sn)
  Besi (Fe)
  Jumlah Cu, Zn, dan  Fe

mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg

Maks. 0,3
Maks. 5,0
Maks. 5,0
Maks. 40,0/250
Maks. 15,0
Maks. 20,0
Cemaran arsen (As)
mg/kg
Maks. 0,2
Cemaran mikroba :
  Angka lempeng total
  Bakteri bentuk Coli
  E. Coli
  Kapang
  Khamir

Koloni/ ml
APM/ ml
APM/ml
Koloni/ml
Koloni/ml

Maks. 2 x 102
Maks. 20
< 3
Maks. 50
Maks. 50
Sumber: Standar Nasional Indonesia, (1994).
Dilihat dari SNI produk yang dihasilkan memnuhi standar berdasarkan keadannya yang normal. Akan tetpi untuk menentukan syarat lain produk harus dilakukan uji yang lain sehingga dapat diketahui apakan produk benar-benar memenuhi standar atau tidak.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan mikrokristal ini adalah buah nanas. Bagian buah nanas yang digunakan adalah sari buahnya sehingga buah harus dilakukan penghancuran dan pengambilan sari buahnya terlebih dahulu.
Dalam pembuatn mikrokristal selain sari buah digunakn pula gula dan asam sitrat. Peranan gula yang lain adalah dapat menyempurnakan rasa manis dan cita rasa lain, memberikan rasa berisi karena dapat meningkatkan kekentalan, dapat membantu transfer panas selama proses, mengisi ruang kosong antara buah yang satu dengan yang lain, dan dapat memberikan perbaikan aroma bagi bahan yang diawetkan (Buckle, 1985).
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan pangan berkurang. Walaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada Aw bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai Aw yang sama dapat menunjukan ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme(Buckle, 1985)  
Asam sitrat ditambahkan bertujuan untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) dapat berfungsi sebagai pengawet, pencegah proses kristalisasi pada gula, mengontrol pH, pembentukan gel yang optimal, menambah flavour dan menghindari oksidasi bahan-bahan (Buckle, 1985).
Sari buah yang digunakan dalam pembuatn mikrokristal harus memiliki pH antara 5-6 (netral). pH yang dimiliki oleh sari buah nanas yaitu sekitar 4, sehingga perlu dinetralkan agar pH nya netral. Bahan untuk menetralkan pH pada pembuatan mikrokristal yaitu natrium bikarbonat.
Sari buah nanas yang digunakn dalam pembuatan mikrokristal harus netral karena dapat mempengaruhi dalam tekstur serbuk yang dihasilaka selain itu dapat mempengaruhi kristalisasi gula. Karena apabila pH nya asam maka sukrosa akan terhidrolisi menjadi glukosa dan fruktosa sehingga tidak dapat mengkristal. Oleh karena itu produk yang dihasilkan tidak akan terbentuk menjadi serbuk.
Pemanasan dalam pembuatan mikrokristal dilakukan dengan menggunakn wajan. Sari buah dicampurkan dengan gula kemudian dipanaskan sampai lewat jenuh yaitu terbentuknya kristal gula. Kristal gula yang terbentuk digiling dan diayak sehingga mendapatkan serbuk yang halus.
Seperti halnya susu bubuk, mikrokristal buah juga dapat dibuat dengan menggunkan drum dryer, spray dryer, dan molen dryer. Tetapi dalam perakteknya alat yang sering digunkan adalah molen dryer dimana prinsipnya hampir sama dengan drum dryer yaitu alat yang merupakan modifikasi dari drum dryer. Mekanisme molen dryer adalah  berdasarkan panas yang merambat pada sebuah drum yang berputar sehingga bahan yang dikeringkan akan menempel pada dinding drum dan bahan akan menjadi kerak.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam bahan sampai mencapai batas aman untuk penyimpanan. Batas aman kandungan air dalam bahan berbeda-beda antara satu komoditas dengan komoditas lainnya. Selama operasi pengeringan, terjadi kontak antara udara kering dengan permukaan bahan dan air yang terdapat pada permukaan bahan menguap. pada keadaan ini laju penguapan air dari permukaan bahan ke udara kering sama dengan laju difusi air dari dalam ke permukaan bahan yang disebut periode pengeringan konstan, dan keadaan ini permukaan bahan masih basah dengan air sampai dicapai kadar air kritis yaitu suatu titik dimana permukaan bahan sudah mulai kering (Hall, 1957).
Pengeringan akan menyebabkan vitamin-vitamin dan zat warna umumnya rusak atau berkurang, hilangnya flavor yang mudah menguap dan menimbulkan bau yang tidak normal pada kondisi yang tidak terkendali. Kerugian lain yang mungkin timbul adalah akibat pengeringan antara lain terjadi perubahan fisik, kimia, dan perubahan mutu (Winarno, 1992).
Perubahan warna yang terjadi bias diakibatkan oleh reaksi pencoklatan. Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah-buahan. Buah yang memar juga mengalami proses pencoklatan. Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan non enzimatik. Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Proses pencoklatan enzimatik memerlukan adanya enzim fenol oksidase da oksigen yang harus berhubungan dengan substrat tersebut. Pada umumnya ada tiga macam reaksi pencoklatan on enzimatik yaitu karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C  (Winarno, 1992).
Serbuk yang dihasilkan memiliki warna kuning muda. Perubahan warna ini disebabkan karena pemanasan yang dilakukan pada suhu tinggi sehingga pigmen dari buah nanas berubah. Selain warna yang berubah kandungan gizi pun berubah.
Bila dibandingan dengan fouming, kandungan gizi dan sifat organoleptik lebih baik dibandingkan dengan mikrokristal. Karena pada pembuatan fouming suhu yang digunakan dalam pengeringannya yaitu 40oC, sehingga pigmen dan kandungan gizi dari buah nenas tidak terlalu berubah dari buah segarnya.
Penambahan asam sitrat dilakukan setelah produk diperoleh. Penambhannya yaitu 1% dari berat produk yang diperoleh. Penambahn asam sitrat ini bertujuan untuk memberikan rasa asam pada produk, karena pada saat pengeringan kandungan asam pada nenas berkurang sehingga diperlukan asam tambahan agar rasanya sama dengan buah segar.
Produk mikrokristal yang baik adalah memiliki ukuran yang seragam dan homogen sehingga memudahkan larut dalam air dengan kecepatan daya larut partikel yang sama dan tidak terjadi penggumpalan pada mikrokristal.
Proses saat pembuatan mikrokristal nanas hal yang perlu diperhatikan yaitu bahaya yang dapat mucul pada proses dan membuat mutu dari produk tersebut menjadi kurang baik. CCP (critical control poin) dimana merupakan bahaya yang muncul saat proses dimana perlu ada pengendalian atau tindak lanjut agar produk yang dihasilkan sesuai dan tidak gagal.
CCP pada proses pembuatan mikrokristal nanas, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu pada saat proses pengaturan pH, dimana pH dari sari buah nanas harus benar-benar netral yaitu memiliki nilai pH 5-6. Karena apabila kurang maka pada proses pembentukan kristal tidak akan berjalan dengan lancar, selain itu CCP juga digunakan dalam proses pemanasan, pemanasan harus dilakukan dengan benar dan tidak boleh terlalu lama, karena apabila terlalu lama maka kristal gulanya tidak akan terbentuk melainkan akan membentuk karamel, sehingga hasilnya tidak akan baik.


IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas mengenai: (1) Kesimpulan dan (2) Saran.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan mikrokristal nanas dari berat basis 200 gram didapat produk sebanyak 99 gram dengan persen produk adalah 49,5%.
4.2. Saran
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan mikrokristal nanas yaitu pH dari sari buah nanas harus benar-benar netral yaitu memiliki nilai pH 5-6. Karena apabila kurang maka pada proses pembentukan kristal tidak akan berjalan dengan lancar, selain itu juga harus diperhatikan dalam proses pemanasan, pemanasan harus dilakukan dengan benar dan tidak boleh terlalu lama, karena apabila terlalu lama maka kristal gulanya tidak akan terbentuk melainkan akan membentuk karamel, sehingga hasilnya tidak akan baik.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2009), Macam-macam Manfaat Buah Nanas, http://www.kabarinews.com/article.cfm?articleID=32483, accesed 2010/05/01.
Anonim, (2009), Nanas (Ananas comosus L. Merr), http://pertanian.blogdetik.com, accesed 2010/05/01.
Buckle, K.A, (1985), Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Hall, C. W., (1957), Drying and Storage of Agriculture Crops, AVI Publishing Company, Inc, Westport Connecticut.
Winarno, F.G., (1992) Kimia Pangan dan Gizi, , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar