I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, tujuan
percobaan, prinsip percobaan dan aplikasi dalam bidang pangan.
1.1. Latar Belakang
Pengujian organoleptik
mempunyai macam-macam cara. Cara-cara pengujian itu dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok. Cara pengujian yang paling populer adalah kelompok pengujian
pembedaan (difference test) dan kelompok pengujian pemilihan (preference
test). Disamping kedua kelompok pengujian itu dikenal juga pengujian skalar
dan pengujian deskripsi. Jika kedua pengujian pertama banyak digunakan dalam
penelitian analisis proses dan penilaian hasil akhir, maka dua kelompok
pengujian terakhir ini banyak digunakan dalam pengawasan mutu (Quality
control) (Soekarto, 1985).
Kelompok uji penerimaan juga disebut acceptance tests atau preference tests. Uji penerimaan
menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang
menyebabkan orang menyenangi. Jika pada uji pembedaan panelis mengemukakan
kesan akan adanya perbedaan tanpa disertai kesan senang atau tidak maka pada
uji penerimaan, panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang
berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat
sensorik atau kualitas yang dinilai. Misalnya kesan empuk pada daging dan kesan
halus pada bahan pakaian berhubungan dengan sifat-sifat yang disenangi.
Sebaliknya daging keras atau bahan pakaian kasar berkaitan dengan sifat-sifat
yang tidak disukai. Jadi, uji penerimaan lebih subjektif daripada uji pembedaan
(Soekarto, 1985).
Karena sifatnya yang sangat subjektif itu beberapa
panelis yang ekstrim senang atau benci terhadap suatu komoditi atau bahan,
tidak lagi dapat digunakan untuk melakukan uji penerimaan. Tetapi panelis
ekstrim ini mungkin masih dapat digunakan untuk menilai dengan uji pembedaan
(Soekarto, 1985).
Jika pada uji pembedaan dikehendaki panelis yang
peka, pada uji penerimaan dapat menggunakan panelis yang belum berpengalaman.
Pada uji penerimaan tidak ada contoh pembanding atau contoh baku . Jika pada uji pembedaan panelis diwajibkan
mengingat contoh pembanding, maka pada uji
penerimaan justru panelis dilarang mengingat atau membandingkan dengan
contoh yang diuji sebelumnya. Tanggapan harus diberikan segera dan secara
spontan, bahkan tanggapan yang sudah diberikan tidak boleh ditarik kembali
meskipun kemudian timbul keragu-raguan (Soekarto, 1985).
Mutu suatu produk merupakan keseluruhan sifat-sifat yang membedakan unit
produk yang satu dari unit produk yang lainnya, serta bersifat menentukan
terhadap dapat diterima tidaknya (acceptability) unit produk tersebut oleh
konsumen. Mutu suatu bahan akan dapat diterima dan dihargai oleh konsumen
dengan mempertimbangkan nilai faktor-faktor mutu baik sifat inderawi maupun
sifat yang tersembunyi (Kartika, 1987)
Tanggapan senang atau suka
terhadap suatu produk sangat bersifat pribadi, karena itu kesan seseorang tak
dapat digunakan sebagai petunjuk tentang penerimaan suatu komoditi. Tanggapan
senang atau suka dapat diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili
pendapat umum atau mewakili suatu populasi masyarakat tertentu (Soekarto, 1985).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan uji ranking adalah untuk mengurutkan nilai mutu suatu produk atau
produk, dan untuk memilih sampel yang terbaik (superior) serta untuk
menghilangkan sampel terjelek (interior).
1.3.Prinsip Percobaan
Prinsip dari
percobaan uji ranking ini adalah berdasarkan pemberian nilai dimana semakin
tinggi nilai maka semakin rendah mutu suatu produk pangan.
1.4. Aplikasi dalam Bidang Pangan
Dalam industri pangan uji ranking dapat digunakan untuk mengurutkan nilai
mutu suatu produk sehingga dapat dipakai dalam mengelompokan mutu suatu produk.
Selain itu uji ranking juga dapat digunakn sebagai memilih yang terbaik dan
menghilangkan yang terjelek, sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan produk
yang baik dan dapat diterima oleh konsumen.
II
BAHAN, ALAT, DAN METODA PERCOBAAN
Bab
ini membahas mengenai bahan-bahan percobaan, alat-alat percobaan, dan metoda
percobaan.
2.1. Bahan-bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan
pada percobaan ini adalah Sunkist
(432), Just Juice (385), Happy Day (846) dan Buavita (705)
2.2. Alat-alat percobaan
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah sloki, gelas plastik, sendok, tissue, dan lap.
2.3. Metoda Percobaan
2.3.1. Deskripsi
Percobaan
Sampel yang sudah dipersiapkan di atas
meja diuji, kemudian diberikan penilaian terhadap beberapa atribut yaitu aroma,
rasa manis, aftertaste dan kejernihan. Pada setiap kode sampel diberi penilain
dengan salah satu angka yang sesuai. Skala Penilaian : 1) Sangat baik, 2) Baik,
3) Tidak baik, 4) Sangat Tidak Baik.
2.3.2. Analisis Perhitungan
Ketentuan untuk tabel Anava
1.
Jika F hitung lebih besar dari F tabel taraf 5% dan
taraf 1 %, maka diberi tanda ** (sangat berbeda nyata), perlu dilakukan uji
lanjut.
2.
Jika F hitung lebih besar dari F tabel taraf 5 %,
tetapi F hitung lebih kecil dari F tabel taraf 1 %, maka diberi tanda * (
Berbeda nyata) perlu dilakukan uji lanjut.
3.
Jika F hitung lebih kecil dari F tabel taraf 5 %, dan
taraf 1 %, maka diberi tanda tn (nyata), tidak perlu dilakukan uji
lanjut.
III HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
Bab
ini menguraikan mengenai hasil pengamatan dan pembahasan uji ranking dari jus
apel terhadap aroma, rasa manis, aftertaste
dan kejernihan.
3.1.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Ranking dari Jus Apel terhadap Aroma
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Ranking dari
Jus Apel terhadap Aroma
Sampel
|
Rata-Rata
Data Asli
|
Taraf
Nyata
|
Kisaran
Nilai
|
|
Merk
|
Kode
|
|||
Sunkist
|
432
|
1,56
|
b
|
Sangat Baik
|
Just Just
|
385
|
3,22
|
a
|
Baik
|
Happy Day
|
846
|
3,22
|
a
|
Baik
|
Buavita
|
705
|
2
|
b
|
Baik
|
(Sumber: Kelompok III, 2010).
Gambar 1. Diagram Hubungan Antara Sampel
Jus Apel dengan Rata-rata Data Asli terhadap Aroma
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan uji ranking dari jus apel terhadap aroma yang dilihat dari taraf
nyata dapat disimpulkan bahwa sampel 385 (Just Juice) dan 846 (Happy
Day) tidak berbeda nyata atau sama dalam hal aroma. Dan pada sampel 705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama dalam hal aroma.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap aroma dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas
paling baik dianatara 4 sampel adalah 432 (Sunkist).
Pembauan juga disebut pencicipan jarak jauh karena manusia dapat mengenal
enaknya makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya dari jarak
jauh. Bau-bauan lebih kompleks daripada pencicipan. Kepekaan pembauan lebih
tinggi dari pada pencicipan. Industri pangan menganggap sangat penting
pengujian bau karena dapat dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian
produksinya disukai atau tidak (Soekarto, 1985).
Aroma yang timbul dari jus apel merupakan aroma khas dari buah apel.
Aroma tersebut merupakan aroma yang dibawa oleh buah apel. Aroma yang baik pada
jus apel merupakan aroma buah apel yang sanagat kuat terasa pada hidung.
Citarasa, aroma, maupun tekstur, sebenarnya dihasilkan dari kurang lebih
230 komponen kimia. Termasuk pula beragam asam seperti asam asetat, format
serta 20 jenis asam lain. Selain itu ada kandungan alkohol berkisar 30 - 40
jenis, ester seperti etil asetat sekira 100 jenis, karbonil seperti formaldehid
dan asetaldehid, serta banyak lagi. Senyawa-senyawa pemberi aroma pada apel
terdapat pada dagingnya. Bila daging ini dikerat keluarlah aroma yang harum dan
segar. Namun ada beberapa varietas apel, aroma itu terasa sangat tajam
(Ikrawan, 2010).
(Ikrawan, 2010).
Jus apel merupakan produk olehan apel
yang berbentuk cair dan agak kental karena penambahan gula. Jus apel dibuat dari
ekstrak sari buah apel yang ditambahkan beberapa bahan tambahan seperti gula, asam
sitrat, vitamin C, Apple flavor, dan caramel color.
Gambar
2. Jus Apel
Kombinasi kandungan garam mineral dan pektin dalam apel, serta kandungan
asam oksalik pada bayam membentuk substansi unik yang memenuhi dinding-dinding
usus dan melalui gerakan kimia ang kuat tapi aman “melepaskan” kotoran yang ada
di usus besar yang telah mengendap berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun. Kandungan zat pektin dalam apel juga mampu menurunkan kadar
kolesterol dan triglycerides yang mengganggu fungsi jantung. Fungsi utamanya:
1) Mengurangi nafsu makan. 2) Mengendalikan tekanan darah dan kadar gula darah.
3) Pembersihan racun dalam usus (Anonim, 2010).
Untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari apel maka bentuk sediaan
harus diperhatikan. Apel segar umumnya lebih baik dibandingkan dengan hasil
olahan menjadi sari buah maupun sirup (Ikrawan, 2010).
Riset yang dilakukan beberapa ahli menunjukkan, pemberian apel dengan
berbagai macam bentuk sediaan pada orang normal, menghasilkan respon yang
berbeda terhadap konsentrasi gula darah maupun insulin. Sedangkan konsumsi apel
segar utuh hanya menaikkan sedikit insulin serum, dibandingkan bubur apel.
Struktur serat pada bubur apel sudah rusak (Ikrawan, 2010).
3.2.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Ranking dari Jus Apel terhadap Rasa Manis
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Ranking dari
Jus Apel terhadap Rasa Manis
Sampel
|
Rata-Rata
Data Asli
|
Taraf
Nyata
|
Kisaran
Nilai
|
|
Merk
|
Kode
|
|||
Sunkist
|
432
|
1,88
|
a
|
Baik
|
Just Just
|
385
|
2,33
|
a
|
Baik
|
Happy Day
|
846
|
3,33
|
a
|
Baik
|
Buavita
|
705
|
2,44
|
a
|
Baik
|
(Sumber: Kelompok III, 2010).
Gambar 3. Diagram Hubungan Antara Sampel
Jus Apel dengan Rata-rata Data Asli terhadap Rasa Manis
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan uji ranking dari jus apel terhadap rasa manis yang dilihat dari
taraf nyata dapat disimpulkan bahwa sampel 385 (Just Juice) 846 (Happy Day),
705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama
dalam hal rasa manis.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap rasa manis dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas
paling baik dianatara 4 sampel adalah 432 (Sunkist).
Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat dengan
mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa
asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah.
Manis adalah salah satu dari lima
sifat rasa dasar dan hampir secara universal dianggap sebagai pengalaman yang
menyenangkan. Makanan yang kaya karbohidrat sederhana seperti gula adalah yang
paling umum dihubungkan dengan rasa manis, walaupun ada beberapa senyawa alami
dan buatan yang lebih manis, yang beberapa di antaranya telah digunakan sebagai
pengganti gula. Senyawa lain dapat mengubah persepsi rasa manis itu sendiri
(Anonim, 2010).
Tekstur dan konsistensi bahan akan mempengaruhi cita rasa suatu bahan.
Perubahan tekstur dan viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul,
karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rasa terhadap sel reseptor
alfaktori dan kelenjar air liur, semakin kental suatu bahan penerimaan terhadap
intensitas rasa , bau dan rasa semakin berkurang . Kenaikan temperatur akan
menaikkan ransangan pada rasa manis tetapi akan menurunkan ransangan pada rasa
asin dan pahit (Anonim, 2010).
Rasa manis pada gula akan bertambah apabila konsentrasi gula semakin
tinggi, tetapi sampai pada konsentrasi tertentu rasa enak yang timbul akan
berkurang, demikian juga dengan ketiga rasa yang lain, komponen rasa akan
berinteraksi dengan komponen rasa primer. Akibat yang ditimbulkan mungkin
meningkatkan intensitas rasa atau penurunan intensitas rasa (Anonim, 2010).
Berbagai senyawa kimia menimbulkan rasa yang berbeda. Rasa asam
disebabkan oleh donor proton, misalnya asam pada cuka, buah-buahan dan sayuran.
Rasa asin dihasilkan garam-garam anorganik, umumnya NaCL murni. Tetapi
garam-garam anorganik lainnya seperti garam iodida dan bromida mempunyai rasa
pahit. Sedangkan garam-garam Pb dan Be mempunyai rasa manis. Rasa manis
ditimbulkan oleh senyawa organik alifatik yang mengandung gugus OH seperti
alkohol, beberapa asam amino, aldehida dan gliserol. Sumber rasa manis terutama
berasal dari gula atau sukrosa dan monosakarida atau disakarida. Rasa pahit
disebabkan oleh alkaloid-alkaloid, misalnya kaffein, teobromin, kuinon,
glikosida, senyawa fenol seperti naringin, garam-garam Mg, NH4 dan
Co (Anonim, 2010).
Selain rasa manis yang terasa pada jus apel, rasa asam juga terasa pada jus
karena dalam pengolahannya jus apel ditambahkan asam sitrat dan vitamin C.
Selain dari penambahan bahan lain pada jus, rasa asam juga didapat dari
senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa asam yang terkandung dalam buah apel itu
sendiri. Rasa yang paling dominant yang terasa pada jus apel adalah rasa asam
yang khas seperti apel pada keadaan segar.
3.3.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Ranking dari Jus Apel terhadap Aftertaste
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Ranking dari
Jus Apel terhadap Aftertaste
Sampel
|
Rata-Rata
Data Asli
|
Taraf
Nyata
|
Kisaran
Nilai
|
|
Merk
|
Kode
|
|||
Sunkist
|
432
|
2
|
a
|
Baik
|
Just Just
|
385
|
2,4
|
a
|
Baik
|
Happy Day
|
846
|
3,22
|
a
|
Baik
|
Buavita
|
705
|
2,33
|
a
|
Baik
|
(Sumber: Kelompok III, 2010).
Gambar 4. Diagram Hubungan Antara Sampel
Jus Apel dengan Rata-rata Data Asli terhadap Aftertaste
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan uji ranking dari jus apel terhadap aftertaste yang dilihat dari
taraf nyata dapat disimpulkan bahwa sampel 385 (Just Juice) 846 (Happy Day),
705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama
dalam hal aftertaste.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap aftertaste dapat
disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas paling baik dianatara 4 sampel
adalah 432 (Sunkist).
Aftertaste
adalah rasa yang masih tertinggal di mulut (yang masih dideteksi), walaupun
sampelnya sudah tidak ada dimulut lagi (Kartika, dkk, 1988).
Lama kesan berbeda-beda tergantung pada jenis
rangsangan dan jenis alat indera. Kesan dapat tertinggal lama dirasakan oleh
indera, tetpi dapat juga sebentar. Rasa pahit dapat lama dirasakan oleh pangkal
lidah sebaliknya rasa manis akan cepat hilang segera setelah benda
perangsangnya hilang. Kesan yang lama tertinggal disebut kesan kemudian atau aftertaste (Soekarto, 1985).
Aftertaste
merupakan sifat yang tidak diinginkan dalam bahan karena dapat mempengaruhi
cita rasa dari bahan tersebut. Apabila kesan terlalu lama terasa pada mulut
setelah memakan suatu bahan maka akan terasa tidak enak pada mulut dalam
beberapa waktu, selain itu karena adanya sifat ini mempengaruhi terhadap
penilaian selanjutnya.
Rasa pahit yang terasa setelah mencicipi jus apel merupakan aftertaste dari produk tersebut yang
diakibatkan mungkin karena bahan baku
yang kurang baik atau juga penambahan gula sintetis yang terlalu banyak. Aftertaste pada gula sintetis yaitu
terasa pahit pada mulut setelah mencicipi bahan tersebut.
3.4.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Ranking dari Jus Apel terhadap Kejernihan
Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Ranking dari
Jus Apel terhadap Kejernihan
Sampel
|
Rata-Rata
Data Asli
|
Taraf
Nyata
|
Kisaran
Nilai
|
|
Merk
|
Kode
|
|||
Sunkist
|
432
|
1,67
|
a
|
Baik
|
Just Just
|
385
|
3,2
|
a
|
Baik
|
Happy Day
|
846
|
2,78
|
a
|
Baik
|
Buavita
|
705
|
2,3
|
a
|
Baik
|
(Sumber: Kelompok III, 2010).
Gambar 5. Diagram Hubungan Antara Sampel
Jus Apel dengan Rata-rata Data Asli terhadap Kejernihan
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan uji ranking dari jus apel terhadap kejernihan yang dilihat dari taraf
nyata dapat disimpulkan bahwa sampel 385 (Just Juice) 846 (Happy Day),
705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama
dalam hal kejernihan.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap kejernihan
dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas paling baik dianatara 4
sampel adalah 432 (Sunkist).
Kejernihan merupakan sifat bahan pangan yang dapat diamati oleh indera
penglihatan yaitu mata. Kejernihan selalu dikaitan dengan sifat transparan atau
tembus pandang suatu bahan dimana bahan mmeiliki warna yang cerah. Yang membedakan
kejernihan dengan kecerahan adalah pada kejernihan biasanya dimiliki oleh bahan
yang bersifat cair seperti minyak goreng, sedangkan kecerahan biasanya dimiliki
oleh bahan padat seperti daging, akan tetapi pada susu memiliki sifat kecerahan
karena sifat kenampakan pada susu yaitu tidak tembus pandang.
Uji
ranking dapat digunakan untuk
mengurutkan intensitas, mutu, atau kesukaan konsumen, dalam rangka memilih yang
terbaik atau menghilangkan yang terjelek. Pada uji rangking ini digunakan
panelis terlatih (untuk uji rangking perbedaan) atau digunakan panelis tak
terlatih (untuk uji rangking kesukaan) (Kartika, dkk, 1988).
Dalam pengujian rangking jumlah sampel
tidak boleh melebihi 6 sampel, karena dapat mempengaruhi konsentrasi dari
panelis, sehingga dalam pengujiannya mengalami bias. Hasil yang bias
diakibatkan panelis sudah jenuh karena terlalu banyak sampel yang harus diuji.
Analisi data pada uji ranking yaitu dengan
cara data asli ditrasformasi dengan menggunakan Statistical Chart 6 yang dilihat dari jumlah sampel yang dipakai.
Dimana sampel yang jumlahnya ganjil, skala nilai tengahnya berharga nol (0),
skala nilai yang kurang dari nilai tengah berharga positif, sedangkan yang
lebih dari nilai tengah berharga negatif. Bila jumlah sampelnya genap, maka tidak
ada nilai nol (0).
Perbedaan antara uji skoring dan ranking adalah dalam
penilaiannya. Kedua uji ini dalam penialin skala hedoniknya sama-sama tidak
bisa dibolak-balik. Tetapi yang membedakannya yaitu pada uji skoring nilai
tertinggi menunjukan nilai yang paling baik, sedangkan pada uji ranking nilai
terkecil menunjukan nilai yang paling baik yang merupakan kebalikan dari uji
skoring.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini
menguraikan mengenai kesimpulan dan saran.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan
uji ranking dari jus apel terhadap aroma yang dilihat dari taraf nyata dapat
disimpulkan bahwa sampel 385 (Just
Juice) dan 846 (Happy Day) tidak
berbeda nyata atau sama dalam hal aroma. Dan pada sampel 705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama dalam hal aroma.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap aroma dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas
paling baik dianatara 4 sampel adalah 432 (Sunkist).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan
uji ranking dari jus apel terhadap rasa manis yang dilihat dari taraf nyata
dapat disimpulkan bahwa sampel 385 (Just
Juice) 846 (Happy Day), 705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama dalam hal rasa manis.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap rasa manis dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas
paling baik dianatara 4 sampel adalah 432 (Sunkist).
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan uji ranking dari jus apel terhadap aftertaste yang dilihat dari
taraf nyata dapat disimpulkan bahwa sampel 385 (Just Juice) 846 (Happy Day),
705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama
dalam hal aftertaste.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap aftertaste dapat
disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas paling baik dianatara 4 sampel
adalah 432 (Sunkist).
Berdasarkan tabel hasil
pengamatan uji ranking dari jus apel terhadap kejernihan yang dilihat dari taraf
nyata dapat disimpulkan bahwa sampel 385 (Just Juice) 846 (Happy Day),
705 (Buavita) dan 432 (Sunkist) tidak berbeda nyata atau sama
dalam hal kejernihan.
Berdasarkan diagram hubungan antara sampel jus apel dengan rata-rata data
asli terhadap kejernihan
dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki kualitas paling baik dianatara 4
sampel adalah 432 (Sunkist).
4.2. Saran
Sebaiknya saat
melakukan percobaan dalam suasana yang tenang sehingga dapat melakukan
percobaan dengan konsentrasi yang tinggi, agar didapatkan hasil percobaan yang
akurat dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2010), Sifat-sifat Organoleptik dalam Pengujian Terhadap Bahan Pangan,
melalui http://www.ubb.ac.id, akses: 17/03/2010.
Anonim, (2010), Buavita Apple Juice, melalui http://www.thenewbatavia.com,
akses: 05/04/2010.
Anonim, (2010), Peluang Usaha Jus Buah, melalui http://promosipeluangusaha.com,
akses: 05/04/2010.
Anonim, (2010), Manis, melalui http://id.wikipedia.org/wiki/manis,
akses: 05/04/2010.
Ikrawan, Yusep, (2010), Khasiat Buah Apel, melalui http://www.smallcrab.com/kesehatan/296-khasiat-buah-apel,
akses: 05/04/2010.
Kartika, B., Pudji, H. dan Wahyu, S., (1987), Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan,
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.
Soekarto, S. T., (1985), Penilaian Organoleptik, Bharata Karya Aksara, Jakarta.